BEBERAPA
MAKNA BENTUK YANG DIPLESETKAN
MAKALAH
UNTUK MELENGKAPI
TUGAS MATA KULIAH
Semantik Bahasa Indonesia
yang dibina oleh
Bapak Sunaryo HS
oleh
Indah
Kurniasari
110211413055
Offering A
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
Desember 2012
A.
Pengertian
Belakangan ini
bahasa Indonesia mengalami proses pembentukan kata dengan cara memplesetkan
sebuah kata sehingga makna kata itu bertambah dari makna semula. Proses itu
disebut dengan istilah plesetan kata
dan hasil proses itu disebut kata plesetan.
Plesetan atau yang
biasa disebut sebagai perubahan bentuk kata yang mirip dengan makna pragmatik
yang baru pula. Plesetan dapat berupa humor tingkat tinggi maupun tergolong
dalam bentuk kritik secara tidak langsung. Timbulnya plesetan dapat diakibatkan
oleh adanya bentuk yang sama dan memiliki sebuah kecenderungan untuk menjadi
populer. Umumnya bahasa plesetan dapat berupa kata maupun kelompok kata.
Robert Sibarani
(dalam Antonius, 2008) menyatakan bahwa istilah kata-kata plesetan merpakan
suatu hasil dari proses pembentukan kata dengan cara memplesetkan sebuah kata
sehingga makna katu itu bertambah dari maknanya semula. Plesetan bahasa,
sebagai sebuah proses, pada akhirnya akan memperlihatkan jenis bahasa plesetan
yan terdapat dalam bahasa Indonesia.
Dalam istilah asingnya,
plesetan disebut pun. Pun atau paronomasia merupakan permainan
logika kata. Merusak homonim sebagai sinonim dengan antitesa. Mengaduk-aduk
pikiran pendengar dengan ilusi imajinasi tentang kata dan kalimat yang dibentuk
dan dipadukan. Sehingga membuat sebuah kalimat yang berkonotasi tertentu.
Permainan kata
antarbahasa (interlangual pun) adalah
pemanfaatan kehomoniman aksidental kata-kata yang berasal dari leksikon bahasa
yang berbeda. Misalnya frase bahasa Inggris As
you wish ‘seperti yang Anda kehendaki’ dengan sedikit manipulasi ejaannya
diplesetkan menjadi frase bahas Jawa As
yo wis ‘ah ya sudah’ sebagai cermin kepasrahan, keputusasaan, dan sikap
menerima. Permainan kata seperti ini mirip seperti yang ditemui pada iklan rokok
Wismilak yang memadukan nama
produknya dengan frase bahasa Inggis wish
me luck ‘doakan saya mendapat keberuntungan’.
Akhir-akhir ini
dalam penggunaan bahasa Indonesia, meskipun tidak dalam situasi resmi, yakni
gejala bentuk yang diplesetkan.
Gejala bentuk yang diplesetkan menarik untuk dibicarakan, terutama dilihat dari
segi makna, pesan yang disampaikan. Bentuk yang diplesetkan merupakan tindakan
kesewenang-wenangan pemakai bahasa untuk menggunakan lambang tertentu yang
tentu saja ingin memaknakan sesuatu.
Heryanto (dalam Pateda,
2011:153) mengatakan bahwa plesetan digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang
mengutamakan atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan
dan aneka makna yang dimungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan
pertanda – makna –realitas empirik.
Maksud dari
pernyataan di atas adalah ketika seseorang berbicara pada mulanya menggunakan
bahasa dan struktur kata-kata yang umum, akan tetapi pembicara membubuhkan
bentuk kata yang diplesetkan sehingga merujuk pada suatu hal yang telah
disepakati oleh pemakai bahasa. Setelah pendengar mendengar bentuk yang
diplesetkan tiba-tiba ia bisa tertawa maupun tersinggung karena paham dengan
maksud dari bentuk yang diplesetkan.
B.
Bentuk-Bentuk Plesetan
Dalam hubungan
dengan makna yang diplesetkan, Heryanto (dalam Pateda, 2011:153) membagi bentuk
yang diplesetkan atas tiga jenis. Jenis
Pertama, jenis plesetan untuk berplesetan itu sendiri. Pada jenis ini yang
terjadi adalah kenikmatan bermain-main bahasa di dalam bahasa itu sendiri tanpa
mempedulikan kaitannya dengan dunia di luar bahasa. Jenis pertama terdiri dari
dua subkategori yakni:
1.
Subkategori pertama merupakan plesetan yang menuntut kemahiran, mengundang
tawa penonton dengan mendistorsi kata sehingga terbentuk kata-kata lain yang
sebenarnya tidak mempunyai sangkut paut atau justru tidak bermakna tetapi terdengar
lucu jika dibincangkan. Misalnya kata partisipasi
dapat diplesetkan dengan bentuk partisisapi.
2.
Subkategori kedua yakni sejumlah graffiti yang mendistorsikan istilah
pribumi menjadi sedikit kebarat-baratan tanpa sepenuhnya melenyapkan unsur
pribumi itu. Misalnya pada kata warung Takashimura
dapat diplesetkan dengan bahasa Jawa tak
kasih murah.
Jenis Kedua merupakan plesetan alternatif yang mengajukan sebuah penalaran atau acuan
alternatif terhadap yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Dalam
plesetan jenis keduaini terjadi penjegalan terhadap sesuatu yang sudah lazim
dalam masyarakat. Ada dua subkategori yakni:
1.
Subkategori pertama yaitu sejumlah praktik berbahasa di antara para remaja
yang biasa disebut bahasa prokem atau walikan. Plesetan jenis prokem mrengubah
penanda, bukan makna atau hubungan referensial dengan realitas di luar bahasa.
2.
Subkategori Kedua yakni plesetan seperti yang tampak pada karya-karya atau
teater Putu Wijaya. Pada karya Putu Wijaya yang tak hanya sekadar memberikan
lelucon-lelucon tetapi juga menampilkan persoalan-persoalan kehidupan
masyarakat secarasungguh-sungguh. Dengan kata lain plesetan bukan untuk
berpleset tapi plesetan yangmengandung kritik.
Jenis Ketiga yakni plesetan oposisi karena ia memberikan nalar dan acuan secara
konfrontatif betubrukan apa yang sudah
atau sedang lazim dalam masyarakat. Plesetan jenis ini bukan sekadar
menggantikan satu tanda atau makna dengan tanda atau makna lain, tetapi
menjungkirbalikkan nilai perlawanan frontal terhadap tanda atau makna yang
telah ada. Yang banyak menjadi sasaran plesetan jenis ini adalah singkatan.
Misalnya singkatan Rumah Sangat Sederhana
(RSS), diplesetkan menjadi Rumah
Sangat Sengsara.
C.
Makna Plesetan
Pada dasarnya jenis
plesetan yang pertama (plesetan untuk berplesetan) tidak berminat menyampaikan
pesan atau komentar apapun tentang realitas dunia di luar bahasa. Dengan kata
lain, makna lepas dari acuan.
Plesetan jenis
kedua (plesetan alternatif) menggugat penunggalan makna lazim tanpa berusaha
meniadakan yang terlanjur lazim, sedangkan pada plesetan jenis ke tiga
(plesetan oposisi), orang bukan terbuai pada kenikmatan bermain-main degan
penanda, atau memberikan kemajemukan nilai alternatif pada acuan realitas,
tetapi mengukuhkansuatu nilai tanding terhadap yang sudah lazim dalam
masyarakat.
Plesetan merupakan
gejala baru dalam penggunaan bahasa Indonesia. plesetan berhubungan dengan
perkembangan pemikiran pemakai bahasa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan
kemauannya. Masalah kini, yakni, apakah plesetan dianggap sebagai senjata ampuh
kaum lemah melawan kaum yang beruntung, atau plesetan hanya berbentuk pelarian
diri dari kenyataan yang sulit.
D.
Penggunaan
Dalam penggunaan
kebahasaan sehari-hari khususnya dalam dunia pendidikan ternyata juga memiliki
istilah-istilah baru yang diplesetkan baik bertujuan untuk mengkritik maupun
memang hanya sekadar untuk bersenang-senang. Berikut contoh penggunaan makna
plesetan dalam dunia pendidikan.
1. Bentuk
plesetan untuk berplesetan
Contoh bentuk
plesetan berikut terinspirasi dari iklan dalam media elektronik.
a.
Sayangi
IP-mu!! GARNIER
b.
Jawaban
ujian bocor ? pake NODROP, pelapis soal anti bocor
c.
PA
(Pembimbing Akademik): nilai kamu kenapa C semua? | mahasiswa: saya minum
UC1000, mengandung 100% nilai C
d.
Dosen:
gimana uasnya?
Mahasiswa:
MAMAMIA LEZATOS
e.
Dosen:
Maaf bapak telat
Mahasiswa:
emang darimana pak?
Dosen:
dari TELKOMSEL
f.
IP-mu
mengalihkan duniaku
g.
Besok
UAS tapi nggak belajar?? APA KATA DUNIA ??
h.
dapet
E ?! Enjoy Aja
i.
Dosen:
kenapa milih saya jadi pembimbing kamu?
Mahasiswa:
Ga ada loe ga rame!
j.
Punya
masalah dengan nilai UAS? PEGADAIAN “mengatasi masalah tanpa masalah”
2. Plesetan
Alternatif
Contoh berikut
kata-kata yang mengalami prokem atau pembalikan bentuk kata. Biasanya gejala
bahasa yang demikian teraplikasi pada masyarakat malang.
a.
Umak
odis ladub jam orip? (kamu sido budal jam
piro)
Kamu
jadi berangkat jam berapa?
b.
Ayas
ngalup. (saya pulang)
c.
Nawak-nawak
hebak kadit osi rudit. (kawan-kawan kabeh
tidak iso tidur)
Teman-teman
semua tidak bisa tidur,
d.
Ayahab.
(bahaya)
e.
Tangames.
(semangat)
f.
Tamales
igap. (selamat pagi)
g.
Enarupes.
(sepurane)
Maaf
3. Plesetan
oposisi
Contoh berikut
plesetan singkatan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) beserta analisis
sosialnya.
Pertama,
KTSP diplesetkan sebagai Kurikulum Tidak
Siap Pakai. Plesetan ini mengisyaratkan bahwa para guru yang bertugas sebagai
“loko” pendidikan belum siap menerima perubahan. Para guru tampaknya akan lebih
siap apabila semua dokumen kurikulum telah disiapkan dengan rapi dari Jakarta
seperti kurikulum sebelumnya. Jadi guru tidak perlu lagi direpotkan menentukan
indikator setiap KD, menyusun silabus dan RPP, atau menentukan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Kedua,
KTSP diplesetkan sebagai Kurikulum Tetap
Sama Produknya. Plesetan ini mengisyaratkan bahwa KTSP yang seharusnya
mencerminkan karakter siswa didik, latar belakang sosial-budaya masyarakat
setempat, dan kondisi sekolah, kenyataannya tak ada bedanya. KTSP antarsekolah,
bahkan di seluruh Indonesia sama saja produknya. Itu karena “kreativitas” para
guru melakukan copy-paste draft KTSP dari sekolah tertentu atau model KTSP yang
dikeluarkan BSNP.
Ketiga,
KTSP diplesetkan menjadi Kalau Tidak Siap
Pensiun. Begitu rumitkah KTSP itu sehingga benar-benar membebani guru?
Meski hanya sekadar plesetan, idiom-idiom seperti tampaknya mencerminkan
carut-marutnya dunia pendidikan di Indonesia.
Ada pula
bentuk-bentuk singkatan yang diplesetkan. Misalnya saja pada kata STMJ yang
mulanya bermakna Susu Telur Madu Jahe menjasi Solat Terus Maksiat Jalan. Kata
UGD yang makna awalnya Unit Gawat Darurat menjadi Ubet Golek Duwit.
E.
Penutup
Makna bentuk yang
diplesetkan merupakan sebuah gejala dari fenomena pemakai bahasa yang pada
mulanya mengalami kesilapan lidah hingga diupayakan menyerupai dan menimbulkan
makna yang dirasa negatif. Pada dasarnya bentuk plesetan ini merupakan sebuah
bentuk makna bahasa Indonseia yang baru.
Daftar
rujukan
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rhineka Cipta.
Antonius, Rikky. 2008. Bahasa Plesetan dalam Acara Democrazy di MetroTV. Skripsi
Universitas Sumatera Utara.
Daeng. 2008. Kumpulan
Plesetan Iklan di Dunia Pendidikan, (Online), (http://portalmediaonline.blogspot.com/2012/09/kumpulan-plesetan-iklan-di-dunia.html#ixzz2FU1JE9w8),
diakses 17 Desember 2012.
Tersedia dalam format PDF.
Klik DI SINI untuk mengunduh file via 4shared
Terima Kasih atas kunjungan Anda.
Semoga Bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar